Inovasi Produk UMKM dengan Metode SCAMPER, Berani Coba?

Meningkatkan skala bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bisa ditempuh dengan banyak cara. Salah satunya, dengan terus melakukan inovasi dan kreativitas pengembangan produk melalui metode SCAMPER.

Senior Business Consultant DK Consulting, Djoko Kurniawan menjelaskan, pelaku UMKM yang ingin menciptakan produk baru, harus mulai berimajinasi. Pastikan produk yang dijual itu kreatif dan inovatif.

“Kreatif dan inovatif adalah inti dari kewirausahaan. Kalau Anda tidak membuat solusi yang kreatif, Anda mau menang, ya sulit,” ujar Djoko dalam webinar Kelas Komunitas Sahabat UMKM Temu #10 bertajuk “Inovasi Produk: Tingkatkan Daya Tarik agar Brand Kamu Semakin Dilirik” pada Selasa, (27/6/2023).

Senior Business Consultant DK Consulting, Djoko Kurniawan dalam webinar Kelas Komunitas Sahabat UMKM Temu #10 bertajuk “Inovasi Produk: Tingkatkan Daya Tarik agar Brand Kamu Semakin Dilirik” pada Selasa, (27/6/2023).

SCAMPER merupakan singkatan dari beberapa konsep, yaitu Substitute (pengganti), Combine (menggabungkan), Adapt (menyesuaikan), Modify (memodifikasi), Put to another use (tetapkan untuk penggunaan lain), Eliminate (menghapuskan), dan Reverse (balik).

Metode SCAMPER ini dapat digunakan untuk mencari ide-ide baru yang lebih segar dalam pengembangan produk UMKM. Produk apa yang kira-kira belum ada di pasaran? Apakah produk yang kita jual bisa diminati dan memiliki nilai inovatif untuk pembeli?

“Apapun yang Anda lakukan hari ini, arahnya harus menuju pada solusi sebuah permasalahan. Anda dapat membuat inovasi produk dengan metode SCAMPER,” imbuh Djoko.

Djoko memberikan beberapa contoh pengembangan ide kreatif dan inovatif untuk sebuah produk menggunakan metode SCAMPER. Contohnya, produk yang awalnya berukuran kecil, sekarang berukuran besar, itu termasuk penggunaan metode SCAMPER.

Lebih lanjut, Djoko juga mempraktikkan penerapan metode SCAMPER kepada beberapa pelaku UMKM. Ada pelaku UMKM yang menjual produk sari lemon asli, menurut Djoko, produk tersebut akan lebih inovatif jika menitikberatkan pada solusi permasalahan.

“Misalnya, jangan menjual produk Anda dengan ‘sari lemon asli tanpa bahan pengawet’, itu sudah banyak. Cobalah membuat produk yang dapat menjadi solusi, misalnya sari lemon asli untuk mengobati panas dalam, atau sari lemon asli yang bagus untuk kesehatan kulit,” lanjutnya.

Sementara itu, produk tahu bakso pun bisa menggunakan metode SCAMPER, misalnya dengan memodifikasi isian tahu bakso dan mengikuti selera kekinian seperti menggunakan bumbu barbeque, keju mozzarella, dan semacamnya.

Metode SCAMPER tidak hanya bisa diterapkan untuk UMKM produk, tetapi juga jasa. Contohnya, pelaku UMKM yang bergerak di bidang rajutan dapat membuka kursus merajut dan menjual paket benang yang dibutuhkan untuk kursus sebagai salah satu strategi pemasaran.

Intinya, cobalah menggunakan metode SCAMPER sebagai salah satu cara untuk brainstorming ide-ide yang akan menghasilkan kreativitas dan inovasi baru untuk produk UMKM.

Ini Dia Sederet Keuntungan Menggunakan WhatsApp Business Bagi Pelaku UMKM, Sudah Coba?

Aplikasi media sosial WhatsApp Business bisa menjadi salah satu alternatif strategi pemasaran yang menguntungkan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Berbeda dengan WhatsApp biasa, WhatsApp Business memiliki sejumlah fitur yang memudahkan pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya.

Dosen Universitas Bina Nusantara, Tara Farina Srihadi menjelaskan, pelaku UMKM dapat memanfaatkan WhatsApp Business untuk mendongkrak penjualan. Terlebih, menurut laporan We Are Social, persentase pengguna aplikasi WhatsApp di Indonesia mencapai 92,1% dari jumlah populasi per Januari 2023.

“WhatsApp Business menyediakan platform bagi bisnis untuk berinteraksi lebih baik dengan pelanggan, memiliki berbagai fitur untuk mendukung berbagai aktivitas bisnis seperti membalas pesan otomatis, menampilkan profil bisnis secara lengkap, dan foto produk,” papar Tara dalam acara Kelas Komunitas Sahabat UMKM Temu #9 bertajuk “Optimalisasi WhatsApp Bisnis Biar Penjualan Makin Laris” yang dilaksanakan secara daring pada Selasa, (20/6/2023).

Penggunaan WhatsApp Business pun cukup mudah, pelaku UMKM tinggal mengunduh aplikasi dan langsung bisa melakukan instalasi dengan menggunakan nomor pribadi seperti yang digunakan pada WhatsApp biasa, atau nomor baru khusus untuk akun bisnis.

WhatsApp Business dapat membantu pelaku UMKM lebih dekat dengan pelanggan melalui fitur tampilan detil produk dalam bentuk katalog, personalisasi chat otomatis, tampilan profil bisnis yang lengkap, penggunaan label, dan fitur iklan yang terhubung dengan Facebook dan Instagram.

Dengan menggunakan WhatsApp Business, pelaku UMKM dapat mengoptimalkan penjualan dan meningkatkan usaha, antaralain dengan melakukan broadcast secara berkala.

Broadcast WhatsApp Business dapat meningkatkan engagement dan mengonversi calon pembeli melalui strategi marketing seperti copywriting yang menawarkan promo dan diskon, keuntungan menjadi reseller, dan lainnya.

Selain itu, lanjut Tara, menggunakan WhatsApp Business dapat meningkatkan kredibilitas bisnis. Pelaku UMKM dapat menampilkan produk dan jasa yang ditawarkan dengan tampilan yang lebih lengkap dan profesional.

Sebagai informasi, berdasarkan data Global Web Index (GWI) per Februari 2022, WhatsApp menempati posisi pertama aplikasi media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia, mencapai 88%, disusul Instagram 84,8%, Facebook 81,3% dan TikTok 63,1%.

Apabila dikelola dan dioptimalisasi dengan baik, WhatsApp Business dapat menjadi salah satu sales funnel yang potensial meningkatkan penjualan bagi pelaku UMKM Indonesia.

Cara Jitu Promosi Produk UMKM dan Bangun Jaringan Bisnis Profesional di LinkedIn

LinkedIn, salah satu media sosial profesional ternyata tidak hanya digunakan untuk mencari pekerjaan atau karyawan. Lebih dari itu, LinkedIn bisa digunakan oleh pelaku UMKM untuk mempromosikan produknya.

LinkedIn memiliki lebih dari 922,3 juta pengguna di seluruh dunia dengan 23 juta penggunanya berasal dari Indonesia. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM dalam memperluas jaringan, terhubung dengan rekan bisnis, klien potensial, dan bahkan berkolaborasi dengan para ahli di sektor usaha terkait.

Dosen International Business Management, Universitas Bina Nusantara, Benjamin Rahardjo mengatakan, perkembangan LinkedIn kini semakin pesat, sehingga dapat menjadi salah satu sarana untuk menjangkau orang-orang dengan posisi senior manajemen di perusahaan tertentu sesuai dengan bidang bisnis yang dituju.

“Kita bisa menemukan customer, mencari karyawan, dan menemukan mitra bisnis,” papar Benjamin dalam Kelas Komunitas Sahaba UMKM Temu #8 bertajuk ‘Mengenal LinkedIn dalam Peran Meningkatkan Daya Saing UMKM’ yang diadakan secara daring pada Selasa, (6/6/2023).

Benjamin menuturkan, LinkedIn juga dapat menjadi salah satu digital marketing channel yang tepat sasaran. Berdasarkan data Sprout Social, pemasaran bisnis di LinkedIn menghasilkan lebih banyak prospek hingga 277% daripada pemasaran lewat Facebook.

Di LinkedIn, para pelaku UMKM bisa mulai mengunggah konten seputar produk, review atau testimonial pengguna produk, cerita sukses pelanggan, dan masih banyak lagi.

Lebih lanjut, Benjamin memberikan tips bagi pelaku UMKM yang ingin mencoba LinkedIn sebagai salah satu sarana pemasaran digital. Pertama, mulailah terkoneksi dengan pelaku usaha atau bisnis lainnya dan jalin silaturahmi dengan mereka.

“Kemudian, unggah konten yang orisinil secara rutin. Gunakan foto yang menarik dan hashtag untuk menjangkau lebih banyak audiens,” imbuhnya.

Selain itu, pelaku UMKM juga dapat bergabung dengan grup atau membuat grup dan aktif di dalamnya. Misalnya, pelaku UMKM kuliner dapat bergabung dengan grup pengusaha kuliner agar dapat tetap up to date dengan perkembangan informasi terkini seputar bisnis kuliner.

Dalam kesempatan yang sama, Kabid Pemasaran dan Permodalan Sahabat UMKM, Patria Firdausi Mabrur memaparkan pengalamannya menggunakan LinkedIn. Ia memiliki usaha sabun pembersih, dan tim pemasaran mendapatkan data calon customer potensial melalui LinkedIn.

“Tim pemasaran saya bisa mendapat data nama General Manager perusahaan untuk mengirimkan sampel produk, dan sejak saat itu mendapat banyak order dari sana. Business to business [B2B] di LinkedIn sangat fokus dan tajam, bisa mempromosikan produk ke perusahaan-perusahaan yang kita tuju,” ujarnya.

Tips UMKM: Promosi Masa Kini dengan Tren Live Shopping

Ada banyak cara melakukan promosi produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satunya dengan melakukan strategi live shopping.

Dosen Manajemen Universitas Bina Nusantara, Johanes Ronaldy Polla mengatakan, pelaku UMKM perlu melihat situasi pasar atau market. Kira-kira produk apa yang sedang dibutuhkan pasar?

“Kadang kita juga harus melihat produk kita, menarik atau tidak, cara menawarkannya menarik atau engga,” ujar Ronald dalam acara virtual Kelas Komunitas Sahabat UMKM Temu #7 bertajuk ‘Tingkatkan Penjualan Online dengan Mengoptimalkan Tren Metode Live Shopping’, Selasa (30/5/2023).

Menurut Ronald, para pelaku UMKM dapat memanfaatkan beberapa platform untuk live shopping, seperti Shopee, TikTok, Instagram, hingga Facebook. Namun, media yang paling ramai dan tepat untuk live shopping saat ini yaitu Shopee dan TikTok.

Sebelum mulai melakukan live shopping, ada beberapa langkah awal yang perlu diperhatikan. Pertama, menentukan tujuan dan rencana atau agenda saat live. Di tahap ini, pelaku UMKM dapat menjelaskan apa saja kegiatan yang dilakukan selama live shopping, misalnya pengenalan produk, diskon saat live shopping, dan sebagainya.

Langkah kedua yaitu melakukan interaksi dengan audiens. Live shopping perlu dilakukan dengan interaktif dan memerhatian kebutuhan audiens yang sedang menonton, seperti menyapa dan menjawab pertanyaan mereka.

Kemudian, beri pemberitahuan sebelumnya. Jadwalkan live shopping secara rutin dan konsisten. Tidak perlu dengan durasi terlalu lama, cukup 30 menit hingga 1 jam asalkan dilakukan secara konsisten setiap hari.

“Kata kuncinya konsisten. Algoritme di TikTok, Instagram dan Shopee, mereka akan ngeboost orang-orang yang konsisten live shopping. Cuma bisa setengah jam ngga apa-apa, tapi jangan sampai bolong,” imbuh Ronald.

Lebih lanjut, Ronald menyarankan agar para pelaku UMKM tidak mengikuti jam prime time karena nanti akan kalah dengan pelaku usaha yang lebih besar. Carilah waktu di luar prime time, misalnya saat siang hari, sesuai dengan keleluasaan masing-masing.

Ada baiknya, pelaku UMKM telah melakukan framing atau menyediakan produk unggulan. Dengan begitu, penonton atau calon konsumen dapat diarahkan untuk membeli beberapa pilihan agar tidak membingungkan.

Selamat mencoba!